Mantan Pejuang Usia 102 Tahun Hidup Tak Layak di Hutan
15 Agustus 2013, 09:33:38 Dilihat: 1021x

Tamireja saat menyanyikan Indonesia Raya (Foto: Saladin A/Sindo TV)
BANYUMAS - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-68 menyisakan kisah pilu bagi seorang mantan pejuang asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Seorang pejuang berusia 102 tahun itu kini hidup tak layak di sebuah gubug berukuran 3x4 meter persegi di kaki bukit tengah hutan.
Gubug yang disusun dari papan tripleks sederhana di bawah Gunung Putri, Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang, itu tidak tampak kokoh ketika angin bertiup kencang. Sesekali sebagian dinding ikut bergoyang bersama embusan angin yang menerpa sejumlah pohon di sekitarnya.
Di gubug itulah, Tamireja tinggal bersama istri, Sariwen (70) dan seorang anaknya. Rumah yang dibangun dari bantuan dermawan itu berada jauh dari pemukiman warga. Sebelum menempati rumah tersebut, Tamireja sempat menjalani hidup di atas puncak Gunung Putri selama tujuh tahun.
Meski kini sudah tinggal di bawah bukit, namun Tamireja masih tetap pergi ke puncak gunung dengan berjalan kaki untuk berkebun. Pada usianya yang lebih dari satu abad itu, dia masih terlihat kuat berjalan kaki dan mencangkul untuk menggarap lahan singkong. Jarak dari rumahnya ke atas bukit memakan waktu sekira tiga jam dengan berjalan kaki.
Selain memiliki fisik yang kuat, Tamireja juga fasih berbahasa Jepang, Indonesia, dan Jawa. Tidak hanya itu, dia juga masih hafal menyanyikan lagu berbahasa Jepang. Meski di usia senja, semangat Tamireja tetap berkobar. Jika ada yang menyanyikan lagu Indonesia Raya, Tamireja langsung berdiri tegap dan ikut bersemangat menyanyikan lagu kebangsaan tersebut.
Tamireja mengaku menjadi pejuang mengusir penjajah Belanda pada saat sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan Jepang, dia juga ikut bertaruh nyawa untuk merebut kemerdekaan.
Kini, perjuangannya itu seolah dilupakan dan sia-sia tanpa mendapat penghargaan dari negara. Pada sisa-sisa masa tuanya, dia masih harus berjuang sekadar untuk memenuhi makan dan mempertahankan hidup.
Harapan untuk menerima penghargaan hanya menjadi angan setiap kali mengingat perjuangan di masa lampau.
“Saya ingin bisa hidup yang layak seperti warga lainnya dan bisa bertetangga dengan warga, tidak di hutan seperti ini,” lirih Tamireja, Kamis (15/8/2013).
Pada zaman penjajahan, Tamireja bekerja sebagai kurir pengantar surat, senjata, dan peluru. Pekerjaan inilah yang dia manfaatkan untuk memasukkan pejuang Indonesia ke dalam gudang senjata untuk mengambil senjata penjajah.
“Dulu saya mengantar surat rahasia untuk para pejuang antardaerah. Surat itu katanya berisi tentang koordinasi perlawanan terhadap Jepang. Selain itu, saya juga mengantar peluru dan senjata kepada tentara kita,” tambahnya.
Sementara itu, Sariwen mengaku iba atas nasib suaminya karena tidak dihargai pemerintah. Dia berharap, ada perhatian khusus bagi pejuang veteran seperti suaminya agar bisa hidup layak, setidaknya bisa tinggal di dekat pemukiman warga lainnya.
“Saya hanya kasiahn sama suami yang sampai dengan sekarang masih hidup di tengah hutan,” ujar Sariwen.
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.